Etika berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik, seperti yang diartikan oleh beberapa ahli berikut ini :
1. Drs.
O.P.Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik
2. Drs.
H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menetapkan perilaku manusia dalam hidupnya
3. Drs.
Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur
etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan
kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis tidak setiap hal menilai
perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis,
metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama
yaitu meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai
etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)
Jenis etika :
1. Etika
filosofis
Secara
harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat
atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu etika sebenarnya adalah
bagian dari filsafat. Etika termasuk dalam filsafat karena itu berbicara etika
tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu bila ingin mengetahui
unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat.
2. Etika
teologis
Ada
dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing. Kedua etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam
etika secara umum dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum
Relasi etika filosofis dan etika teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis
dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara
kedua etika ini ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan
di atas yaitu
·
Revisionisme
Tanggapan
ini berasal dari Augustinus yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk
merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis
·
Sintesis
Jawaban
ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang menyintesiskan etika filosofis dan
etika teologis sedemikian rupa sehingga kedua jenis etika ini dengan
mempertahankan identitas masing-masing menjadi suatu entitas baru. Hasilnya
adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan
etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus
·
Diaparalelisme
Jawaban
ini diberikan oleh F.E.D Schleiermacher yang menganggap etika teologis dan
etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat
diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.
Sifat Etika
1. Non
empiris, filsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah
ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah
demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah
menanyakan apa dibalik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika
tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara factual dilakukan,
tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh
dilakukan
2. Praktis,
cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu
melainkan bertanya tentang apa yang harus dilakukan. Dengan demikian etika
sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan
praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat
teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisa tema-tema pokok
seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban.
Profesionalisme
·
Menurut Tangkilisan menyatakan bahwa
profesi sebagai status yang mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan
pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan metode
·
Menurut Hardjana pengertian professional
adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya
·
Menurut Tanri Abeng pengertian
profesionalis terdiri atas tiga unsur yaitu knowledge, skill, integrity dan
selanjutnya ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh,
pandai bersyukur , serta kesediaan untuk belajar terus menerus
·
Menurut Siagian profesionalisme adalah
keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan
dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat
·
Menurut Abdulrahim bahwa profesionalisme
biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutis yang
baik, dimana didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut : mempunyai
keterampilan yang tinggi pada suatu bidang, punya sikap mandiri berdasarkan
keyakinan, mempunyai sikap berorientasi ke hari depan, dan mempunyai ilmu dan
pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah
Kesimpulan dan Saran
Etika disini sangat membantu manusia dalam hal
bertingkah laku baik itu di keluarga maupun di masyarakat khususnya dalam
bidang teknologi sistem informasi yang dapat membantu untuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa
etika ini dapat diimplementasikan ke berbagai aspek kehidupan.
Keuntungan
Dapat mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan
dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik yang disertai dengan analisa yang
cukup memadai serta dapat dengan mudah diterima dalam pergaulan di masyarakat.
Kerugian
Apabila kita tidak mempunyai etika yang baik kita
tidak akan bisa mendapatkan pengakuan dari masyarakat atau dengan kata lain
kita akan dikucilkan oleh masyarakat yang akan menimbulkan berbagai macam
kerugian.
Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/01/definisi-etika.html
http://wisnuardiansyah.wordpress.com/2014/03/07/etika-dan-profesionalisme-tsi/