Sabtu, 08 Maret 2014

Dasar dasar etika dan profesionalisme TSI

Etika berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang diartikan oleh beberapa ahli berikut ini :
1.      Drs. O.P.Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik
2.      Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menetapkan perilaku manusia dalam hidupnya
3.      Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)

Jenis etika :
1.      Etika filosofis
Secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat. Etika termasuk dalam filsafat karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat.

2.      Etika teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama etika teologis bukan hanya milik agama tertentu melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum


Relasi etika filosofis dan etika teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas yaitu
·         Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis
·         Sintesis
Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang menyintesiskan etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa sehingga kedua jenis etika ini dengan mempertahankan identitas masing-masing menjadi suatu entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus
·         Diaparalelisme
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D Schleiermacher yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

Sifat Etika
1.      Non empiris, filsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa dibalik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara factual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan
2.      Praktis, cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu melainkan bertanya tentang apa yang harus dilakukan. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban.

Profesionalisme
·         Menurut Tangkilisan menyatakan bahwa profesi sebagai status yang mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan metode 
·         Menurut Hardjana pengertian professional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya
·         Menurut Tanri Abeng pengertian profesionalis terdiri atas tiga unsur yaitu knowledge, skill, integrity dan selanjutnya ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur , serta kesediaan untuk belajar terus menerus
·         Menurut Siagian profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan  mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat
·         Menurut Abdulrahim bahwa profesionalisme biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutis yang baik, dimana didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut : mempunyai keterampilan yang tinggi pada suatu bidang, punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan, mempunyai sikap berorientasi ke hari depan, dan mempunyai ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah

Kesimpulan dan Saran
Etika disini sangat membantu manusia dalam hal bertingkah laku baik itu di keluarga maupun di masyarakat khususnya dalam bidang teknologi sistem informasi yang dapat membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diimplementasikan ke berbagai aspek kehidupan.

Keuntungan
Dapat mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik yang disertai dengan analisa yang cukup memadai serta dapat dengan mudah diterima dalam pergaulan di masyarakat.

Kerugian
Apabila kita tidak mempunyai etika yang baik kita tidak akan bisa mendapatkan pengakuan dari masyarakat atau dengan kata lain kita akan dikucilkan oleh masyarakat yang akan menimbulkan berbagai macam kerugian.

Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/01/definisi-etika.html
http://wisnuardiansyah.wordpress.com/2014/03/07/etika-dan-profesionalisme-tsi/